Rabu, 15 April 2009

NU Dan Kebangkitan Islam Indonesia

NU Dan Kebangkitan Islam IndonesiaKetua PBNU KH. Masdar Farid Mas’udi meyakini bahwa kebangkitan Islam itu hanya bisa dimulai dari Indonesia, dan kuncinya di NU. Demikian katanya dalam acara Kajian Islam Ahlussunnah wal Jamaah (Kiswah) yang diselenggarakan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim di Ruang Salsabila Kantor PWNU Jatim, Sabtu (7/2). Berikut wawancara Yusuf Suharto ( Yus ) dari Nahdlah dengan KH. Masdar Farid Masudi (MFM), Ketua PBNU:Yus : Benarkah kebangkitan dunia Islam musti bermula dari Indonesia ?MFM: Saya meyakini itu. Sadar atau tidak kita ini sedang ditunggu. Sejauh ini, dari berbagai negara Islam di dunia, yang secara lengkap memenuhi persyaratan untuk menjadi pemimpinnya, ya Indonesia. Yus : Mengapa Indonesia, apa kelebihan-kelebihannya dibanding negara-negara Islam lain?MFM : Ada banyak faktor unggulan, antara lain: wilayahnya paling luas, letaknya strategis, dengan kekayaan alam yang melimpah dan beraneka, jumlah umat Islamnya terbesar, dan yang tidak kalah penting corak keislamannya yang tawassuth (moderat) dan tasamuh (toleran) terhadap kebhinekaan. Faktor terakhir adalah karakter keislaman Nusantara, keislaman yang dianut dan dihayati oleh NU.Yus: Kenapa kepemimpinan Indonesia yang penuh potensi itu belum juga muncul?MFM: Karena NU sebagai juru kuncinya belum sempat menata diri dengan semestinya. Dari waktu ke waktu selalu saja ada pihak yang karena kedengkiannya, terus berusaha meminggirkan NU dan umatnya. Sebagian mereka karena pandangan keagamannya yang picik dan menganggap dirinya yang paling benar, sebagian karena hasrat politik dan kekuasaan yang berlebihan. Lihat, selama lebih dari tiga dasawarsa terakhir, NU terus dipinggirkan dan dilumpuhkan, terutama di masa Orba. Padahal semua orang tahu, Orba tidak mungkin hadir tanpa NU. Tapi begitu mereka menata kekuasannya, NU dilumpuhkan, umatnya diintimidasi. Padahal setiap bangsa ini dalam bahaya, NU dan para ulama/ kyainya selalu tampil di depan untuk menyelamatkannya. Yus: Bagaimana supaya peran NU bisa dioptimalkan untuk kejayaan NKRI dan kepemimpinannya di dunia Islam?MFM: Pertama kedengkian dari pihak luar terhadap NU harus diakhiri; baik kedengkian secara teologis maupun politis. Kedua, pihak internal NU sendiri , baik jajaran pemimpin di semua level dan segenap warganya di seluruh pelosok negeri harus berbenah secara super serius. Kita boleh meyakini, apa yang kita anut adalah kebenaran – sekali pun kita tidak boleh takabur dengan mengklaim diri kita satu-satunya yang benar. Kebenaran itu milik Allah semata. Tapi ingat, kata Sayyidina Ali, kebenaran tanpa ”nidham”, gampang dikalahkan oleh kebatilan yang ber-nidham.Yus: Apa itu nidhom, Kiai?MFM: Nidhom adalah organisasi dan manajemen. Atau dalam bahasa Rasulullah SAW, kejamaahan kita yang kurang. Padahal hanya dengan kejamaahan, kita bisa mendapatkan kekuatan dari Allah SWT yang luar biasa. Alaikum biljamaah; Yadullah fauqal jamaah/ Kalian wajib berjamaah; Kekuatan Allah hanya dianugerahkan kepada mereka yang mau berjamaah. Wadah kebersamaan (jamaah) itulah yang kita sebut jam’iyah, atau organsiasi. Yus: Bagaimana kita memperkuatnya?MFM: Syarat utama dan pertama-tama kita harus sepakat mengenai tujuan bersama dan agenda bersama sebagai Nahdliyin. Ingat tujuan bersama, bukan tujuan perorangan yang yang kebetulan sama. Saya dan anda bisa punya tujuan. Misalnya ke pasar; dengan agenda yang sama, untuk jualan. Apa yang terjadi? Kita tidak harus berangkat bareng, dan di pasar kita bisa saling menjatuhkan. Tujuan bersama adalah agenda untuk kepentingan bersama, yang tidak mungkin dicapai tanpa diusahakan bersama, sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Yus: Apa tujuan bersama NU, untuk semua warga NU?MFM: Tujuan bersama (ghayah ijtimaiyyah/ collective goal) kita sebagai warga Nahdliyin dalam wadah NU adalah ”terwujudnya tatanan masyarakat Islam Indonesia yang maju dan bermartabat sesuai ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah yang bercirikan tawazun (seimbang), tasamuh (toleran), tawasuth (moderat) dan i’tidal (lurus). Yus: Kalau agenda-agenda utamanya?MFM: Mengacu pada apa yang dipikirkan para pendiri NU ada 4 (empat) agenda besar: Pertama, agenda menjaga integritas dan keutuhan NKRI, seperti diinspirasikan oleh gerakan Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air); Kedua, agenda memajukan ”Pemikiran Keagamaan” yang mampu menjawab tantangan zaman yang terus berubah dan bergerak maju, seperti diinspirasikan oleh gerakan Tashwirul Afkar (Reformulasi Pemikiran Keagamaan); Ketiga, agenda memajukan ”Kesejahteraan umat” dimulai dari yang paling nyata, kesejahteraan ekonomi, seperti diinspirasikan oleh gerakan Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan para Pedagang); Keempat adalah agenda mempertahankan ”Keberislaman yang santun dan kokoh dalam garis moderasi” seperti diinspirasikan oleh missi Komite Hijaz. Memang sasaran tembak Komite Hijaz waktu itu adalah untuk menyangkal gerakan ekstrim kanan Wahabisme-Fundamentalistik. Tapi secara implisit juga koreksi terhadap kecenderungan ekstrim kiri Sekularisme-Liberalistik. Yus: Bagaimana kiprah NU dengan empat egenda utama itu? MFM: Kita harus akui dengan jujur, bahwa dari empat egenda itu, baru satu yang berjalan dengan baik, yakni: Agenda mempertahankan keutuhan NKRI. Mungkin karena ini agenda emosional dan fisikal, kita boleh mengklaim yang terbaik dari semua. Baik ketika era revolusi kemerdekaan, ketika ada ganguan separatisme DI/TII, ketika menghadapi G30-S PKI, dan munculnya aksi separatisme belakangan. Tapi tiga agenda lainnya, kita harus akui sangat lemah. Itulah mengapa kita suka mengibaratkan diri lebih sebagai pasukan pendorong mobil mogok. Seluruh tenaga (fisik) kita kerahkan; sesudah itu kita ditingggalkan di jalan. Harus kita sadari bahwa untuk memenangkan ketiga agenda yang selama ini terbengkalai itu, kita butuh kebersamaan yang kokoh dengan dukungan kepemimpinan yang juga solid dari, minimal tiga unsur.

Tidak ada komentar: