Selasa, 20 Januari 2009

Hubbul Wathoni minal Iman (Cinta Tanah Air Sebagian Dari Iman)


Ini jawaban untuk mereka yg memaki-maki Hamas, menyalah-nyalahkan Hamas, dan mengatakan, “Perang ini adalah kesalahan Hamas! Mengapa Hamas nekad melemparkan roket ke Israel!”
Artikel di bawah ini ditulis oleh orang Yahudi Israel sendiri, dimuat di koran terkemuka Israel : Haaretz.
Buat Anda yang berkali-kali posting komen memaki-maki saya, saya sarankan, baca tulisan ini baik-baik (dan sori, saya tidak akan meloloskan komen murahan yang berisi caci-maki. Bila Anda kontra pada pendapat saya, silahkan sampaikan pendapat Anda sendiri dengan elegan dan sopan!). Orang Israel aja (sebagian) bisa mikir bahwa memang mereka sendiri yang salah kok, mengapa Anda malah membela Israel dan menyalah-nyalahkan Hamas?
***
History did not begin with the QassamsBy Amira Hass (Haaretz.com)
(diterjemahkan oleh Dina Y. Sulaeman; frasa dalam [...] adalah penjelasan dari Dina)
Sejarah tidak dimulai dengan roket Qassam. Tapi bagi kita, orang Israel, sejarah selalu dimulai ketika orang Palestina melukai kita dan kemudian luka itu dilepaskan dari konteksnya sama sekali. Kita berpikir bahwa bila kita menimbulkan luka yang lebih besar lagi di tubuh Palestina, mereka akhirnya akan belajar [untuk tidak melukai kita]. Sebagian orang menyebut hal ini sebagai ‘keberhasilan’.
Namun ‘pelajaran’ itu tetap abstrak bagi sebagian besar orang Israel. Media Israel memberitakan informasi yang minim, miskin kebenaran, serta penuh [cerita tentang] jenderal dan orang-orang sejenis mereka . Informasi itu tidak memberi kebanggaan bagi keberhasilan kita: anak-anak yang dibantai dan jasad-jasad yang terkubur di bawah puing-puing, orang-orang terluka yang mati kehabisan darah karena tentara kita menembaki kru ambulans, gadis kecil yang kakinya diamputasi karena lukanya sangat parah akibat [tembakan] berbagai jenis senjata, ayah yang hancur berlinangan air mata, pemukiman pendudukan yang hancur lebur, luka bakar mengerikan akibat fosfor putih [zat kimia yang dipakai pasukan Israel], dan ‘mini-transfer’—puluhan ribu penduduk yang sudah terusir dari rumah mereka dan masih terusir hingga kini, diperintahkan untuk tinggal berjejalan di sebuah area yang secara kontinyu semakin mengecil, dan berada di bawah hujan bom dan granat.
Sejak Otoritas Palestina didirikan, mesin PR (Public Relation) Israel membesar-besarkan bahaya ancaman militer yang ditimbulkan orang Palestina kepada kita. Ketika mereka berpindah dari [penggunaan] batu ke senapan, dari bom Molotov ke bom bunuh diri, dari bom jalanan ke Qassam, dari Qassam ke Grad [peluru kendali], dari PLO ke Hamas, kita berkata dengan nada menang, “Kami sudah bilang, kan? Mereka itu anti Yahudi.” Dan karena itu, kita berhak untuk bersikap buas.
Hal yang membuat militer Israel mampu melakukan kebuasannya –kata yang tepat tak saya temukan di kamus saya- adalah isolasi step-by-step Jalur Gaza. Isolasi itu membuat penduduk Gaza menjadi objek yang abstrak, tanpa nama dan alamat -selain alamat orang-orang bersenjata, dan tanpa sejarah sejak hari yang ditetapkan oleh agen keamanan Shin Bet.
Pengepungan Gaza tidak dimulai ketika Hamas menguasai organ keamanan di sana, atau ketika Gilad Shalit ditawan, atau ketika Hamas terpilih dalam pemilu demokratis. Pengepungan itu dimulai th 1991-sebelum ternjadi bom bunuh diri. Dan sejak itu, proses pengepungan menajdi semakin canggih dan mencapai puncaknya tahun 2005.
Mesin PR Israel dengan gembira menampilkan proses penarikan pasukan [thn 2005] sebagai berakhirnya pendudukan, tanpa tahu malu menutupi fakta sesungguhnya. Isolasi dan penutupan [Gaza] disebut-sebut sebagai ‘keperluan militer’. Tapi kita adalah gadis dan bujang yang sudah besar, dan kita paham bahwa ‘keperluan militer’ dan kebohongan yang terus-menerus itu demi mecapai tujuan negara. Tujuan Israel adalah untuk menggagalkan ‘solusi dua negara’ yang diharapkan dunia sejak Perang Dingin berakhir tahun 1990. Ini bukanlah solusi yang sempurna, tapi orang Palestina akhirnya bersedia menerimanya.
Gaza bukanlah kekuatan militer yang menyerang tetangganya yang kecil dan pencinta damai, Israel. Gaza adalah wilayah yang dijajah Israel tahun 1967, bersama dengan Tepi Barat. Penduduknya adalah bagian dari bangsa Palestina, yang kehilangan tanah dan tanah airnya pada tahun 1948.
Pada tahun 1993, Israel memiliki kesempatan emas untuk membuktikan kepada dunia bahwa apa yang dikatakan orang tentang kita tidaklah benar, bahwa Israel bukan negara kolonialis. Bahwa pengusiran sebuah bangsa dari tanah air mereka demi pendirian [negara] Yahudi bukanlah basis dan inti dari keberadaan Israel. Pada tahun 1990-an [proses perundingan Oslo], Israel memiliki kesempatan untuk membuktikan bahwa [kejadian] tahun 1948 bukanlah paradigma Israel.
Tapi, Israel melepaskan kesempatan itu. Bahkan, Israel mempercanggih teknik perampokan tanah dan pengusiran orang-orang dari rumah mereka; dan mengepung orang-orang Palestina di wilayah yang terisolasi. Dan sekarang, selama hari-hari yang gelap ini, Israel sedang membuktikan bahwa 1948 tidak pernah berakhir.
Source : Dina Y. Sulaeman - Blog

Indonesia Berhutang Jasa Dengan Palestine


Kalau ada ribut-ribut di negara- negara Arab, misalnya di Mesir, Palestina, atau Suriah, kita sering bertanya apa signifikansi dukungan terhadap negara tersebut. Hari ini ketika Palestina diserang, mengapa kita (bangsa Indonesia) ikut sibuk?
Sebagai orang Indonesia, sejarah menjelaskan bahwa kita berhutang dukungan untuk Palestina dan negara arab lain.
Dari berbagai sumber yang diperoleh, Sukarno-Hatta boleh saja memproklamasikan kemerdekaan RI de facto pada 17 Agustus 1945, tetapi perlu diingat bahwa untuk berdiri (de jure) sebagai negara yang berdaulat, Indonesia membutuhkan pengakuan dari bangsa-bangsa lain. Pada poin ini kita tertolong dengan adanya pengakuan dari tokoh tokoh Timur Tengah, sehingga Negara Indonesia bisa berdaulat.
Gong dukungan untuk kemerdekaan Indonesia ini dimulai dari Palestina dan Mesir, seperti dikutip dari buku “Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri” yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia , M. Zein Hassan Lc.
Kenapa Kita Memikirkan Palestina?
M. Zein Hassan Lc. Lt. sebagai pelaku sejarah, menyatakan dalam bukunya pada hal. 40, menjelaskan tentang peranserta, opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia, di saat negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap.
Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini -mufti besar Palestina- secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia: pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (beliau melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada Alam Islami, bertepatan ‘pengakuan Jepang’ atas kemerdekaan Indonesia.
Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari berturut-turut, kami sebar-luaskan, bahkan harian “Al-Ahram” yang terkenal telitinya juga menyiarkan. Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi “Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia” dan memberi dukungan penuh. Peristiwa bersejarah tersebut tidak banyak diketahui generasi sekarang, mungkin juga para pejabat dinegeri ini.
Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI.
Seorang Palestina yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia, Muhammad Ali Taher. Beliau adalah seorang saudagar kaya Palestina yang spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata: “Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia”. Setelah itu dukungan mengalir, di jalan-jalan terjadi demonstrasi- demonstrasi dukungan kepada Indonesia oleh masyarakat Timur Tengah.
Ketika terjadi serangan Inggris atas Surabaya 10 November 1945 yang menewaskan ribuan penduduk Surabaya, demonstrasi anti Belanda-Inggris merebak di Timur-Tengah khususnya Mesir. Shalat ghaib dilakukan oleh masyarakat di lapangan-lapangan dan masjid-masjid di Timur Tengah untuk para syuhada yang gugur dalam pertempuran yang sangat dahsyat itu.
Yang mencolok dari gerakan massa internasional adalah ketika momentum Pasca Agresi Militer Belanda ke-1, 21 juli 1947, pada 9 Agustus. Saat kapal “Volendam” milik Belanda pengangkut serdadu dan senjata telah sampai di Port Said. Ribuan penduduk dan buruh pelabuhan Mesir berkumpul di pelabuhan itu.
Mereka menggunakan puluhan motor-boat dengan bendera merah putih? tanda solidaritas- berkeliaran di permukaan air guna mengejar dan menghalau blokade terhadap motor-motor- boat perusahaan asing yang ingin menyuplai air & makanan untuk kapal “Volendam” milik Belanda yang berupaya melewati Terusan Suez, hingga kembali ke pelabuhan.
Sekarang bagaimana rasannya saat melihat bendera kita di kibarkan oleh bangsa lain dengan kesadaran penuh menunjukan rasa solidaritasnya, karena mereka peduli Wartawan ‘Al-Balagh’ pada 10/8/47 melaporkan: “Motor-motor boat yang penuh buruh Mesir itu mengejar motor-boat besar itu dan sebagian mereka dapat naik ke atas deknya. mereka menyerang kamar stirman, menarik keluar petugas-petugasnya, dan membelokkan motor-boat besar itu kejuruan lain.”
Tentu saja, motivasi yang kita bangun tidak hanya dari aspek historis, namun ini kita dapat ambil sebagai sebuah pelajaran untuk mengingatkan kembali betapa palestina pernah melakukan hal yang sama terhadap Indonesia. (jk/dak/sm/berbagai sumber/www.suara-islam.com)

Kamis, 15 Januari 2009

Kaum Yahudi Iran Tolak Pindah ke Israel

Orang-orang Yahudi di Iran menolak dipindahkan ke Israel meski ditawari uang dengan jumlah besar. Mereka menyatakan kesetiaan mereka sebagai bagian dari rakyat Iran.
Seorang Yahudi perantauan yang sangat kaya, lewat lembaga dana yang didirikannya, menawarkan insentif bagi orang-orang Yahudi di Iran berupa uang tunai yang besarnya antara 5 ribu pounsterling per orang sampai 30 ribu poundsterling per keluarga, jika mereka mau pindah ke Israel.
Penawaran itu atas restu dari para pejabat Israel dan merupakan dana tambahan dari paket yang biasa diberikan Israel bagi para Yahudi diaspora yang bersedia beremigrasi ke Israel.
Saat ini, jumlah komunitas Yahudi di Iran mencapai 25 ribu orang, dan mereka termasuk komunitas yang cukup kuat. “Identitas Yahudi Iran tidak diperdagangkan demi sejumlah uang, ” demikian bunyi pernyataan resmi komunitas Yahudi Iran.
Mereka juga menyatakan, “Yahudi Iran adalah bagian dari masyarakat Iran yang tertua. Yahudi Iran mencintai kebudayaan dan identitas ke-Iran-an mereka. Oleh sebab itu, mereka yang mengeluarkan ancaman-ancaman dan bujukan-bujukan politik, tidak akan berhasil mencapai tujuan mereka untuk menghapus identitas Yahudi Iran.”
Surat kabar terbitan Israel, Ma’ariv melaporkan, jumlah insentif sebenarnya sudah dinaikkan dua kali lipat, karena tawaran pertama sebesar 2. 500 poundsterling gagal untuk membujuk para Yahudi Iran agar mau pindah ke Israel. Setelah jumlahnya dinaikkan dua kali lipat, kaum Yahudi di Iran tetap menolak pindah ke Israel.
Tokoh Yahudi Iran, Morris Motamed mengatakan tawaran insentif itu merupakan pelecehan dan menjadi ujian bagi orang-orang Yahudi atas kesetiaan mereka pada Iran.
“Tawaran itu seolah-olah Yahudi Iran bisa dipaksa dengan sejumlah uang. Yahudi Iran selama ini selalu bebas untuk beremigrasi dan 3/4 dari mereka beremigrasi pasca revolusi Islam, tapi 70 persen dari mereka pergi ke Amerika, bukan ke Israel, ” kata Motamed.
Populasi Yahudi Iran menurun sekitar 80 ribu orang pada saat pecah revolusi Iran tahun 1979, namun jumlahnya di Iran masih tetap yang terbesar dibandingkan di negara-negara Timur Tengah lainnya. Kaum Yahudi sudah hidup di Iran sejak 700 tahun sebelum Masehi.
Persoalan yang kerap terjadi antara pemerintah Iran dan kaum Yahudi Iran, adalah masalah ketidakpercayaan dan pengawasan oleh pemerintah Iran. Pada tahun 2000, sepuluh orang Yahudi di selatan kota Shiraz ditahan karena menjadi mata-mata untuk Israel.
Seorang pengusaha Yahudi bernama Ruhollah Kadkhodah-Zadeh, dihukum gantung pada tahun 1998 dengan tuduhan telah membantu orang-orang Yahudi beremigrasi.
Secara umum, kaum Yahudi di Iran berusaha menghindari kontroversi. Tahun 2006 lalu, Motamed menulis surat protes pada Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad karena telah menyebut holocaust sebagai sebuah “mitos.”
Meski demikian, di Iran, kaum Yahudi bebas melakukan ibadah agamanya dan boleh mengelola sekolahnya sendiri. Dan meski Iran-Israel tidak punya hubungan diplomatik, kaum Yahudi Iran bisa kapan saja pergi ke Israel untuk berkunjung ke kerabat mereka. (ln/guardian)
Source : http://www.eramusli m.com/berita/ int

Selasa, 06 Januari 2009

Puasa asyura

SEJARAH DAN KEUTAMAAN PUASA ASYURASesungguhnya hari Asyura (10 Muharram) meski merupkan hari bersejarah dan diagungkan, namun orang tidak boleh berbuat bid'ah di dalamnya. Adapun yang dituntunkan syariat kepada kita pada hari itu hanyalah berpuasa, dengan dijaga agar jangan sampai tasyabbuh dengan orang Yahudi."Orang-orang Quraisy biasa berpuasa pada hari asyura di masa jahiliyyah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun melakukannya pada masa jahiliyyah. Tatkala beliau sampai di Madinah beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa." [1]"Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Beliau bertanya :"Apa ini?" Mereka menjawab :"Sebuah hari yang baik, ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan bani Israil dari musuh mereka, maka Musa berpuasa pada hari itu sebagai wujud syukur. Maka beliau Rasulullah menjawab :"Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian (Yahudi), maka kami akan berpuasa pada hari itu sebagai bentuk pengagungan kami terhadap hari itu." [2]Dua hadits ini menunjukkan bahwa suku Quraisy berpuasa pada hari Asyura di masa jahiliyah, dan sebelum hijrahpun Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah melakukannya. Kemudian sewaktu tiba di Madinah, beliau temukan orang-orang Yahudi berpuasa pada hari itu, maka Nabi-pun berpuasa dan mendorong umatnya untuk berpuasa.Diriwayatkan pada hadits lain."Artinya : Ia adalah hari mendaratnya kapal Nuh di atas gunung "Judi" lalu Nuh berpuasa pada hari itu sebagai wujud rasa syukur"[3]"Artinya : Abu Musa berkata : "Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan mereka menjadikannya sebagai hari raya, maka Rasulllah Shallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Puasalah kalian pada hari itu" [4]"Artinya :Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang puasa di hari Asyura, maka beliau menjawab : "Puasa itu bisa menghapuskan (dosa-dosa kecil) pada tahun kemarin" [5]CARA BERPUASA DI HARI ASYURA[1]. Berpuasa selama 3 hari tanggal 9, 10, dan 11 MuharramBerdasarkan hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan lafadz sebagaimana telah disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam al-Huda dan al-Majd Ibnu Taimiyyah dalam al-Muntaqa 2/2:"Selisihilah orang Yahudi dan berpuasalah sehari sebelum dan setelahnya."Dan pada riwayat ath-Thahawi menurut penuturan pengarang Al-Urf asy-Syadzi:"Puasalah pada hari Asyura dan berpuasalah sehari sebelum dan setelahnya dan janganlah kalian menyerupai orang Yahudi."Namun di dalam sanadnya ada rawi yang diperbincangkan. Ibnul Qayyim berkata (dalam Zaadud Ma'al 2/76):"Ini adalah derajat yang paling sempurna." Syaikh Abdul Haq ad-Dahlawi mengatakan:"Inilah yang Utama."Ibnu Hajar di dalam Fathul Baari 4/246 juga mengisyaratkan keutamaan cara ini. Dan termasuk yang memilih pendapat puasa tiga hari tersebut (9, 10 dan 11 Muharram) adalah Asy-Syaukani (Nailul Authar 4/245) dan Syaikh Muhamad Yusuf Al-Banury dalam Ma'arifus Sunan 5/434Namun mayoritas ulama yang memilih cara seperti ini adalah dimaksudkan untuklebih hati-hati.Ibnul Qudamah di dalam Al-Mughni 3/174 menukil pendapat Imam Ahmad yang memilih cara seperti ini (selama tiga hari) pada saat timbul kerancuan dalam menentukan awal bulan.[2]. Berpuasa pada tanggal 9 dan 10 MuharramMayoritas Hadits menunjukkan cara ini:"Artinya : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan berpuasa. Para shahabat berkata:"Ya Rasulullah, sesungguhnya hari itu diagungkan oleh Yahudi." Maka beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Di tahun depan insya Allah kita akan berpuasa pada tanggal 9.", tetapi sebelum datang tahun depan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah wafat."[6]Dalam riwayat lain : "Artinya : Jika aku masih hidup pada tahun depan, sungguh aku akan melaksanakan puasa pada hari kesembilan."[7].Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata (Fathul Baari 4/245) :"Keinginan beliau untuk berpuasa pada tanggal sembilan mengandung kemungkinan bahwa beliau tidak hanya berpuasa pada tanggal sembilan saja, namun juga ditambahkan pada hari kesepuluh. Kemungkinan dimaksudkan untuk berhati-hati dan mungkin juga untuk menyelisihi kaum Yahudi dan Nashara, kemungkinan kedua inilah yang lebih kuat, yang itu ditunjukkan sebagian riwayat Muslim""Artinya : Dari 'Atha', dia mendengar Ibnu Abbas berkata:"Selisihilan Yahudi, berpuasalah pada tanggal 9 dan 10".[3]. Berpuasa Dua Hari yaitu tanggal 9 dan 10 atau 10 dan 11 Muharram"Berpuasalah pada hari Asyura dan selisihilah orang Yahudi, puasalah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya"Hadits marfu' ini tidak shahih karena ada 3 illat (cacat):[a]. Ibnu Abi Laila, lemah karena hafalannya buruk.[b]. Dawud bin Ali bin Abdullah bin Abbas, bukan hujjah[c]. Perawi sanad hadits tersebut secara mauquf lebih tsiqah dan lebih hafal daripada perawi jalan/sanad marfu'Jadi hadits di atas Shahih secara mauquf sebagaimana dalam as-Sunan al-Ma'tsurah karya As-Syafi'i no 338 dan Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Tahdzibul Atsar 1/218.Ibnu Rajab berkata (Lathaiful Ma'arif hal 49):"Dalam sebagian riwayat disebutkan atau sesudahnya maka kata atau di sini mungkin karena keraguan dari perawi atau memang menunjukkan kebolehan…."Al-Hafidz berkata (Fathul Baari 4/245-246):"Dan ini adalahl akhir perkara Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dahulu beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam suka menyocoki ahli kitab dalam hal yang tidak ada perintah, lebih-lebih bila hal itu menyelisihi orang-orang musyrik. Maka setelah Fathu Makkah dan Islam menjadi termahsyur, beliau suka menyelisihi ahli kitab sebagaimana dalam hadits shahih. Maka ini (masalah puasa Asyura) termasuk dalam hal itu. Maka pertama kali beliau menyocoki ahli kitab dan berkata :"Kami lebih berhak atas Musa daripada kalian (Yahudi).", kemudian beliau menyukai menyelisihi ahli kitab, maka beliau menambah sehari sebelum atau sesudahnya untuk menyelisihi ahli kitab."Ar-Rafi'i berkata (at-Talhish al-Habir 2/213) :"Berdasarkan ini, seandainya tidak berpuasa pada tanggal 9 maka dianjurkan untuk berpuasa pada tanggal 11"[4]. Berpuasa pada 10 Muharram sajaAl-Hafidz berkata (Fathul Baari 4/246) :"Puasa Asyura mempunyai 3 tingkatan, yang terendah berpuasa sehari saja, tingkatan diatasnya ditambah puasa pada tanggal 9, dan tingkatan diatasnya ditambah puasa pada tanggal 9 dan 11. Wallahu a'lam."[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun V/1421H-2001M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183]__________Foote Note[*]. Diolah oleh Aris Munandar bin S Ahmadi, dari kitab Rad'ul Anam Min Muhdatsati Asyiril Muharram Al-Haram, karya Abu Thayib Muhammad Athaullah Hanif, tahqiq Abu Saif Ahmad Abu Ali[1]. Hadits Shahih Riwayat Bukhari 3/454, 4/102-244, 7/147, 8/177,178, Ahmad 6/29, 30, 50, 162, Muslim 2/792, Tirmidzi 753, Abu Daud 2442, Ibnu Majah 1733, Nasa'i dalam Al-Kubra 2/319,320, Al-Humaidi 200, Al-Baihaqi 4/288, Abdurrazaq 4/289, Ad-Darimy 1770, Ath-Thohawi 2/74 dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya 5/253[2]. Hadits Shahih Riwayat Bukhari 4/244, 6/429, 7/274, Muslim 2/795, Abu Daud 2444, Nasa'i dalam Al-Kubra 2/318, 319, Ahmad 1/291, 310, Abdurrazaq 4/288, Ibnu Majah 1734, Baihaqi 4/286, Al-Humaidi 515, Ath-Thoyalisi 928[3]. Hadits Riwayat Ahmad 2/359-360 dengan jalan dari Abdusshomad bin Habib Al-Azdi dari bapaknya dari Syumail dari Abu Hurairah, Abdusshomad dan bapaknya keduanya Dha'if.[4]. Hadits Shahih Riwayat Bukahri 4/244, 7/274, Muslim 2/796, Nasa'i dalam Al-Kubra 2/322 dan Al-Baihaqi 4/289[5]. Hadits Shahih Riwayat Muslim 2/818-819, Abu Daud 2425, Ahmad 5/297, 308, 311, Baihaqi 4.286, 300 Abdurrazaq 4/284, 285[6]. Hadits Shahih Riwayat Muslim 2/796, Abu Daud 2445, Thabary dalam Tahdzibul Atsar 1/24, Baihaqi dalam Al-Kubra 4/287 dan As-Shugra 2/119 serta Syu'abul Iman 3506 dan Thabrabi dalam Al-Kabir 10/391[7]. Hadits Shahih Muslim 2/798, Ibnu Majah 736, Ahmad 1/224, 236, 345, Baihaqi 4/287, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushanafnya 3/58, Thabrani dalam Al-Kabir 10/401, Thahawi 2/77 dan lain-lain

Jumat, 02 Januari 2009

SAYID QUTUB DALAM PERSPEKTIF

Sayyid Qutub adalah radikal, ekstrim. Sayyid Qutub adalah Islamis.” Pandangan tersebut disampaikan oleh para peserta diskusan, Mizan Studi Club (Kajian Pemikiran Kontemporer dan Dirasat Islamiyah), pada hari Selasa kemarin, 7 September 1999. Cukup plural diskusan menyampaikan analisanya terhadap pemikiran Syahid Sayyid Qutub (selanjutnya dibaca SQ). Tidak lepas dilatar belakangi dengan khazanah intelektualnya yang ia kuasai, dengan tetap menjaga etika dialog, agar terjadi suatu toleransi berpikir yang kondusif, didorong oleh keinginan untuk mengakomodasi semua pemikiran yang muncul kepermukaan, yang nantinya dapat diinventarisir menajdi sebuah kerangka pemikiran dalam melihat paradigma pemikiran sang syahid.
Telah menjadi omongan semua orang akan kepiawaian SQ dalam memimpin gerakan Ikhwan Muslimun dan, dengan jiwa tinggi berani mengahadapi segala konsekuensinya, meskipun harus dihukum gantung.
Pada kesempatan itu, penulis sampaikan pada rekan-rekan bahwa SQ ialah seorang pemikir besar. Adapun mengapa ia harus masuk pada lingkaran pergerakan, sehingga terkadang orang memasukan SQ pada jajaran Islamis. Penulis tegaskan, karena tidak luput dari latar belakang dimana ia hidup dan bagaimana kondisi sosial pada saat ia hidup.
Dengan menggunakan kaca mata pendekatan sosiologi dan antropologi. Kita dapat meliahat siapakah sebenarnya SQ, sehingga ia cukup “fundamental.”
I). Tempat Kelahiran:
Assiut daerah yang sangat subur bagi pertanian, tanahnya dapat disirami dengan perairan Nil, yang tidak kunjung habisnya, selalu membawa berkah bagi para penduduknya. Suasana alamnya dikelilingi dengan tanaman pertanian. Di daerah tersebut lahirlah seorang bayi yang kelak akan memimpin pergerakan Islam, yang suaranya terdengar dimana-mana, menyerukan pentingnya kembali pada konsep Al-Qur’an dalam berbagai kehidupan. Ayahnya seorang yang kaya raya, suka berdermawan, membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Ibunya berpegang teguh pada ajaran Agama, sabar dalam menghadapi hidup yang dijalaninya. Walaupun nanti ibunya harus menerima nasib, semua kekayaan suaminya habis karena dipakai untuk membantu semua orang tanpa memikirkan kepentingan keluarganya. Dengan kekuatan iman, nasib tersebut dapat dihadapi dengan teguh dan penuh kepasrahan pada Sang Maha Kuasa.
II). Perjalanan Hidup:
Putihnya air Nil telah membentuk SQ berhati bersih, ihklash menjalankan semua tanggungjawab yang dipercayakan pada dirinya. Selalu berusaha menjadi orang yang bisa memberikan kesegaran, ketenangan pada orang-orang yang berjiwa “keras,”disatu sisi, kesucian hatinya bisa melahirkan mental yang tangguh menghadapi problema hidup, berani menegakan keadilan walaupun itu harus ditebus dengan sebuah pengorbanan jiwa. Jiwa seperti ini, mempengaruhi dan mewarnai para penerus gerakan Ikhwanul Muslimun.
Indahnya alam kampung halaman SQ memberikan inspirasi untuk mendendangkan syai’ir-sya’ir yang mempunyai nilai sastra tinggi, unsur eksosoris dalam lantunan kata-katanya mendeskripsikan keindahan alam yang ia lihat. Tidaklah heran karya SQ dalam kesusastraan menduduki pada jajaran cukup diperhitungkan. SQ pernah dijuluki sebagai Abbas Al-´Aqad “Muda”, karena kritikus sastranya yang tajam dan menambah wacana kesusastran Mesir menjadi kaya dengan aliran kesusastraannya. Novelnya juga mampu merekam kehidupan sosial dengan begitu jitu, mendiagnosa agenda permasalahan mayarakat dan memberikan solusi bagi pemecahannya. Kisi-kisi romantisme tidak ketinggalan jauh memenuhi karya sastranya. Mampu menyamai dengan romantismenya para pujangga lainnya yang sebaya dengan SQ.
Titisan genelogi ayahnya telah membawa SQ menjelma sebagai orang pembela rakyat kecil, yang tertindas tidak mendapatkan kehidupan sebagaimana mestinya. Feodalisme meraja lela, para tuan tanah dengan seenaknya menguasai bumi pertiwi, tidak sadar bahwa Bumi dan Langit ada yang menguasainya dan memilikinya, Allah semata.
Fenomena komuinitas sosial Mesir pada saat itu mendorong SQ untuk memeras pikiran. Bagaimana memformulasi tatanan kehidupan. Jargon keadilan, di antaranya, digulirkan oleh SQ ke blantika perpolitikan. Konsep kehidupan yang diimpor dari luar tidak mendatangkan kebaikan bagi masyarakat malah sebaliknya, kondisi semakin memburuk. Kafitalis, sosialis, komunis tidak membawa udara segar untuk dihirup. “Polusi udaranya” telah merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka SQ menyerukan pentingnya menghidupkan konsep Islam yang telah lama diabaikan. Padahal sejarah telah membuktikan, umat Islam mampu memimpin peradaban manusia sampai menelorkan kemajuan bagi kelangsungan umat manusia.
Ketabahan dan keteguhan memegang prinsip teraliri juga dari darah ibunya. Penyiksaan demi penyiksaan terus menimpa SQ yang dilancarkan oleh pemerintahan. Keluar masuk penjara adalah aktivitasnya, teroran dari mana-mana adalah sarapan paginya, sampai harus memakan “racun” kehidupan ia telan demi tegaknya “Laa iIaha iIlalLah” di bumi ini.
III). Karya Intelektualnya:
Potret kehidupan SQ bisa dibagi kedalam 4 fase kehidupan. Pada setiap fase SQ mempunyai karya yang telah menunjukan bagaimna perjalanan intelektualnya dipenuhi dengan berkarya demi mewarisi perjalanan hidupnya pada generasi mendatang.
Pertama, fase berkarya dalam kesusastraan (1930-1950):
Merupakan fase pembentukan intelektual yang cukup lama dari fase lainnya. pada masa ini SQ telah mengekspresikan pemikirannya dalam beberapa buku, di antaranya; Muhimmatu’l Sya’ir Fi’l Hayat (1932), al-Naqdu’l Adaby; Ushuluhu wa Manahijuhu (1947), al-Syathi’ al-Majhul (1934), al-Madinah al-Masyhurah, Asywak, al-Athyaf u’l Arba’ah, Thiflun Mina’l Qaryah (1945). Al-Tashwiru’l Fanny fi’l Qur’an (1945), Masyahidu’l Qiyamah fi’l Qur’an.
Kedua, fase yang berorientasi pada kesosialan (1951-1953):
Terformulasilah pemikirannya dalam keadilan, yaitu yang kita dapati dibuku-bukunya; al-´Adalah al-Ijtima’iyah (1951), Ma’rakah al-Islam wa Ra’samaliyah, al-Salam al-Alamy wa’l Islam, Dirasat Islamiyah.
Ketiga, fase intelektual yang terformulasi dalam filsafat (1954-1962):
Karya yang mungkin dikategorikan pada fase ini adalah: Khashaish al-Tashawwur al-Islamy wa Muqawamatuhu, pada akhir tahun 50-an, al-Mustaqbal Lihadza al-Dien, Nahwa Mujtama’ Islamy, Hadza al-Dien dikarang tahun 1954, al-Islam wa Musykilat al-Hadharah.
Keempat, fase berpolitk (1963-1964):
Fase keempat masuk penjara dan terelaborasikan dalam buku momentalnya Ma’alim Fi’l Thariq, Fi Dlilal al Qur’an
IV). Aktualisasi Pemikiran Sayyid Qutub:
Pertanyaan yang akan muncul pada diri kita sekarang, bagaimana mengaktualkan karya-karya SQ kedalam realita yang kita hadapi sekarang. Dalam rangka menghidupkan konsep pemikiran SQ yang tercurahkan dalam penyeruannya terhadap pentingnya kembali pada dasar utama Al-Qur’an.
Permasalahan yang akan timbul juga dibenak pikiran kita ialah, mampukah kita berinteraksi dengan dunia yang semakin komplek, sosial kultural sudah berbeda ketika SQ hidup. Terkadang antara teori dan praktik sering bertentanngan atau sulit mensosialisasikannya ketataran alam nyata. Telah banyak orang menyeru untuk kembali pada Al-Qur’an ternyata sering berbenturan dengan kepentingan lain, atau paling tidak sering dihadapkan pada Das Solen dan Das Sain, yang akhirnya, idealisme terkikis oleh kebutuhan pragmatis.
Kemungkinan yang bisa penulis lontarkan di sini, yaitu mencari metode yang bisa berdialog dengan realita tersebut. Dan dapat diterima oleh setiap lapisan masyarakat, jangan hanya SQ dimilki oleh sebagian kalangan tertentu tidak mampu menyentuh segmen masyarakat lainnya. Padahal mereka juga membutuhkan ide yang telah dilontarkan oleh SQ.
Salah satu metode tersebut adalah, pertama menghidupkan sikap moderat dalam berbagai bidang yang kita hadapi. Skala prioritas menjadi standar tujuan kita, lebih banyak memikirkan kepentingan umum ketimbang kepentingan golongan. Dr. Yusuf al-Qaradhawy sering mendengungkan agar umat Islam jangan terlena dengan kepentingan individual. Kemaslahatan umum dinomor duakan.
Kedua, harus selalu menjadikan pemikiran seseorang sebagai ide untuk merumuskan kembali pemikiran yang disesuaikan dengan kebutuhan jamannya. Inti pemikiran SQ hendaknya dijadikan starting point bagi membangun paradigma berpikir yang komperhensif. SQ mengajak untuk kembali pada Al-Qur’an dalam berpijak. Segala kebijakan yang kita ambil tidak lepas dari semangat moralitas religius.
Ketiga, mengembangkan toleransi berpikir, SQ telah lebih jauh mengajak untuk saling bertoleransi, mengahargai pemikiran orang lain. Berjalan pada konsepsi da’wah “serulah pada jalan Allah dengan hikmah, memberikan contoh baik, memeranginya dengan sebaik-baiknya jalan.” Dalam bahasa Ibn Rusyd, Qadhi wal Qudhat dan seorang filosof muslim yang berhasil mempertemukan antara filsafat dan Agama. Ia mengatakan:“kelompok manusia bisa dibagi pada tida bagian, pertama “Khithabiyun,” kedua kelompok orang “Jadaliyun,” dan ketiga “Burhaniyun.”
Nûn Wa’l Qalam Wama Yasturûn.





NASIB WONG CILIK;
Meni’mati Keadilan Dari Pemimpin Yang Adil
Seorang lelaki tua sedang asyik melahap sebuh “Isy” (makanan khas arab, yang terbuat dari gandum), tanpa ada tambahan ikan lainnya. Raut mukanya menampakan keletihan. Setelah beberapa lama bekerja sampai seharian penuh ia mengadu nasib untuk hidup.
“Isy” dimakan sedikit demi sedikit, sambil ditutupinya oleh bungkusan plastik tempat membawa makanan. Alangkah ni’matnya lelaki tua bangka ini, menyantap makanan.
Fenomena hidup “wong kecil” sering dijadikan thema dalam berbagai pertemuan. Hampir seluruh forum diskusi tentang sosial, selalu mengangkat kemisikinan. Entah sampai kapan kemiskinan akan berakhir. Kertas kerja shimposium telah menumpuk, dan memenuhi benak pemikiran mereka, hanya mendiskusikan saja tanpa mencari penerapan lebih konkrit. Bersentuhan langsung dengna kehidupan “wong cilik”.
Semenjal awal Rasulullah memberantas kemiskikanan, yang cukup menonjol di masyarakat Makkah. Golongan aristokrat mendominasi tatanan kehidupan. Sehingga, tidak heran, perilaku kehidupan Rasulullah banyak mencerminkan hidup sederhana. Untuk mengangkat martabat orang miskin, Islam memberikan sugesti bagi mereka, bahwa dihadapan Allah seluruh manusia sama, kecuali orang-ornag bertakwa.
Nilai takwa inilah, yang akhirnya menjadi pemicu semangat kaum muslimin, dan memberi warning bagi kalangan kaya. Harta kekaayaan maupun labelitas keduniaan lainnya tidak bisa dijadikan standar ukuran bagi kemuliaan.
***
Potret kehidupan tadi adalah salah satu pemandangan kehidupan yang penulis temui disela-sela berjalan, bersilaturahmi dengan orang-orang yang “terlupkan.” Mereka hanya bisa mempertahankan hidup saja, tanpa punya kemampuan mengembangkan dalam kehidupan lain, karena semua aspek sektoral telah dimonopoli oleh yang lebih berkuasa.
Permasalahaannya berarti, dikarenakan pemetaan hasil negara kurang terwujudkan. Siklus produktifitas kekayaan berada ditangan-tangan pembesar. Yang tidak peduli dengan orang lain, yang penting dirinya bahagia.
Seseorang berkata sama penulis:”Sampai kapan kehidupan keadilan dapat dini’mati lagi oleh kami, yang hanya makan pagi, makan sore adalah cerita lain lagi. Puasa Senin Kamispun kami harus jalani, tetapi memang kami menemukan mutiara yang berharga bagi kami untuk kelak menjadi saksi di hadapan Sang Rabbul Izzati,” Penulis sempat tersentak dan terenyuh dengan pernyataannya yang bernadakan mengeluh serta penuh kebahagaian yang menjamin kehidupan di akhir kelak.
Penulis ingat pada kehidupan Khalifah Umar bin Khattab, sebagai pemimpin adil dan bijaksana. Berani menegakkan keadilan diatas segalanya. Pada suatu saat Khalifah dihampiri oleh seorang rakyatnya, ternyata sang Khalifah sedang tertidur dibawah hamparan rerumputan. Khalifah kelihatan tidur pulas dan bisa meni’mati dunia ibu pertiwi. Orang tersebut berkata pada Khalifah:”Bagaimana kamu bisa tidur nyenyak seperti ini ? Umar mnejawab karena aku telah menjalankan tugasku menegakkan keadilan, rakyat dapat mencicipi rasanya keadilan.” Hanya pemimpin adil yang dapat membagi keni’matan kepada rakyatnya.
Allah Rahimun Biubadihi.
Rahmat T. Ashari
Mîzân Studî Club
(Kelompok Kajian Pemikiran Kontemporer dan Dirâsât Islâmiyah)

Joserizal, Melihat Keajaiban di Maluku

Mendengar saja tentang kerusuhan berdarah di Maluku Utara orang pasti akanbergidik. Betapa tidak. Ratusan manusia tak berdosa, termasuk ibu-ibu dananak-anak, dibantai dengan sadis. Bahkan, banyak yang mati terpanggang didalam masjid atau di rumah tinggal mereka.Tetapi, bagi dokter Joserizal Jurnalis Sp BO, tragedi itu menyampaikan'panggilan kemanusiaan' untuk terjun langsung ke sana, menolong danmenyelamatkan mereka yang terluka. ''Justru di tengah konflik berdarahseperti di Maluku Utara itulah pertolongan dokter lebih banyakdibutuhkan,'' katanya, kemarin.Sebagai seorang dokter Muslim, Joserizal mengaku terpanggil untukmengamalkan misi Islam sebagai rahmatan lil 'alamin, rahmat bagi alamsemesta, melalui bantuan medis. ''Ini merupakan prinsip yang harus sayapegang teguh sebagai umat Islam,'' katanya. ''Di manapun kita berada, harusmendatangkan rahmat bagi sesama,'' ujarnya.Di bidang medis, tambahnya, misi rahmatan lil 'alamin harus diejawantahkanpada profesionalitas yang ditunjukkan dengan netralitas dalam memberikanpelayanan medis khususnya untuk korban perang, kekerasan akibat konflik,kerusuhan ataupun bencana alam, baik di dalam maupun di luar negeri.''Berawal dari Tim Medis Mahasiswa Universitas Indonesia (TMM UI), kamimengirim tim medis ke Ambon dan Tual, Maluku Utara,'' tutur Joserizal, yangsaat ini menjadi ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committe (Mer-C),di sela-sela kesibukan yang lain sebagai seorang dokter spesialis bedahtulang.Saat ditemui Republika di markas besar Mer-C di Jl Kramat Kwitang IE 15,Jakarta Pusat, dokter Jose --nama panggilannya-- dengan penuh semangatmenuturkan kiprah organisasi Mer-C, yang secara resmi didirikan padatanggal 14 Agustus 1999. ''Organisasi ini jelas berasaskan Islam danberpegang teguh pada prinsip rahmatan lil 'alamin,'' tuturnya secara lugas.Memperbincangkan masalah kerusuhan di Ambon, Halmahera, dan sekitarnya,bersama dokter Jose, seakan ikut merasakan kepiluan dan penderitaan parakorban konflik berbau SARA itu. Bagaimana tidak? Dokter yang satu inibersama teman-temannya mencebur langsung di kancah pertempuran. Di sama timMer-C banyak menemukan korban luka-luka akibat kerusuhan, yang kurangmendapat perawatan medis.Berdasar pengalamannya, kata dokter Jose, konflik yang terjadi di Ambon,Halmahera dan sekitarnya, memang dapat disebut sebagai perang agama.'Perang' yang terjadi di Ambon dan sekitarnya itu memang menghadapkan duakelompok agama yang berlainan. Bahkan, sebagai tenaga medis, dokter Joseharus meminta jaminan keamanan penuh dari pihak TNI untuk menolong korbankonflik yang berbeda agama dengannya.''Karena tidak gampang seorang dokter Muslim mengobati korban beragamalain. Begitu pula kebalikannya,'' tutur dokter Jose. ''Harus ada jaminankeamanan bagi kami. Meskipun demikian kami telah menunjukkan bahwa kamitidak membeda-bedakan korban dari segi agama atau perbedaan apapun. Semuakorban kami tolong semampu kami,'' tuturnya.Saat pertama kali terjun ke kancah konflik di Tual, dokter Jose harusmerawat korban-korban pertempuran di tempat-tempat yang seadanya, sepertidi serambi masjid. Bahkan, dalam melakukan operasi terhadap korban terpaksadilakukan dengan peralatan dan obat-obatan yang terbatas. ''Ketika ituMer-C belum kami bentuk,'' katanya.Setelah mendapatkan pengalaman pertama itu, dokter Jose bersama TMM UIkemudian memutuskan untuk membentuk organisasi kemanusiaan Mer-C, yangbergerak di bidang kegawatdaruratan, khususnya dalam pertolongan medis,yang bersifat profesional, netral, mandiri, dengan mobilitas yang tinggi.''Keikhlasan hati menjadi faktor utama untuk menjadi relawan di Mer-C.Karena, di sini relawan tidak digaji. Ini yang perlu digarisbawahi,''tegasnya.Berada di tengah konflik berbau SARA di Maluku, dokter Jose mengaku tidakhanya menyaksikan pembantaian dan penderitaan yang luar biasa. Juga tidakhanya melihat korban-korban bergelimpangan yang harus segera mendapatpertolongan. ''Saya juga sempat menyaksikan suatu keajaiban, tanda-tandakekuasaan dan kebesaran Allah, yang mungkin di luar kemampuan nalarmanusia,'' katanya.Dokter Jose menyebut contoh yang terjadi di Tual. Di desa ini, katanya,warga Muslim terdesak di sebuah pantai kecil di dataran rendah. Sementarapasukan merah berada di atas bukit yang mengelilingi pantai tersebut denganjumlah 80 persen lebih banyak. Desa itu seakan 'dipagari' oleh kekuasaanAllah sehingga tidak dapat ditembus oleh pasukan merah.''Sampai saat Desa Tual belum pernah ditaklukkan oleh musuh,'' tutur dokterJose. ''Panah-panah api yang bertebangan dari atas bukit selalu matisendiri sebelum sampai ke sasarannya. Begitu juga drum-drum yang berisibahan bakar dan menyala, yang digelindingkan dari atas bukit, selalu matidan berhenti sebelum mencapai sasaran.''Peristiwa-peristiwa luar biasa seperti itulah yang menyebabkan dokter Joseselalu rindu untuk kembali ke Ambon. ''Di sana, saya bisa melihatorang-orang yang berjuang dengan penuh keikhlasan hati,'' kenang dokteryang telah mempunyai tiga putra ini.Saat ini, Mer-C telah mengirimkan tim medis ke berbagai kancah konflik.Selain memberangkatkan tim Mer-C ke Ambon dan Halmahera, juga mengirimkantim medis ke Aceh. Pengiriman anggota Mer-C terakhir, menurut Jose,dilakukan pada tanggal 2 Maret 2000. Terdiri dari empat dokter yangmengikuti program PTT Departemen Kesehatan di Maluku. ''Melalui empatdokter ini Mer-C mengirimkan bantuan logistik,'' katanya.Pada kesempatan ini Joserizal mengetuk hati para dokter terutama dokterbedah, dari manapun mereka berasal, untuk ikut terjun dalam misi sosialkemanusiaan melalui Mer-C. Namun, ia mengingatkan bahwa untuk bergabungdengan MER-C harus berlandaskan pada keikhlasan hati karena tidak digaji.''Para dokter jangan hanya mementingkan praktek komersial saja,'' katanya.Jika ada dermawan yang ingin untuk menjadi donatur, tambahnya, kepadaRepublika dokter Jose menitipkan nomor rekeningnya di Bank MuamalatIndonesia Cabang Kramat, Jakarta, Nomor 301.00349.15 atau di Bank BNI 46Cabang Kramat, Jakarta, Nomor 001129556.001. Keduanya atas nama MedicalEmergency Rescue Committe.Meski tidak menolak jenis-jenis bantuan lainnya, dokter Jose mengharapkanbantuan kemanusiaan lebih diutamakan berupa obat-obatan, alat-alat medisserta logistik. ''Kami akan menyampaikan bantuan sesuai dengan amanahnya.''