Senin, 27 Oktober 2008

Syekh Puji


Syekh Puji menikahi anak kecil dan menjaring 21 kandidat. Bagaimana jika anak Syekh Puji diperlukakan seperti itu? "Silakan saja," katanya.

Demikian pernyataan Syekh Puji kepada wartawan di rumahnya yang berada di kompleks Ponpes Miftahul Jannah, Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jumat (24/10/2008).

Saat menemui wartawan Syekh Puji sempat menunjukkan foto istri pertama dan anaknya yang menginjak remaja. Karena foto tersebut berada di dinding yang tinggi, Syekh Puji sampai harus berdiri di atas kursi untuk menjelaskan foto tersebut.

"Itu foto istri saya, anak saya, dan tengah itu saya sendiri," katanya seolah tiap orang yang hadir tidak tahu foto tersebut.

Bagaimana kalau anak Syekh Puji nikah dini? "Ya, nggak apa-apa. Baru berumur 3 tahun pun sah-sah saja (kalau dinikahkan)," katanya enteng.

Di dinding rumah Syekh Puji yang separo 'bertembok' kayu itu, sejumlah foto keluarga dan aktivitas dipampang. Selain itu, terlihat juga rak-rak berisi buku agama, manajemen, dan biografi sejumlah tokoh penting Indonesia.
SJakarta - Syekh Puji, kiai yang juga miliarder itu mengoleksi beberapa mobil mewah keluaran terbaru. Tapi soal ponsel, gayanya agak nyeleneh. Ponselnya sangat ketinggalan zaman.

Alat komunikasi lelaki berjenggot itu lebih sering berada di saku. Jarang ditaruh di hadapan orang lain, sehingga tak banyak yang tahu jenis ponselnya.

Saat wawancara dengan wartawan, ponselnya berdering. Setelah melihat layar, ia tekan tombol cancel dan memasukkan kembali ponselnya ke saku.

Ponsel Syekh Puji boleh dibilang sangat tua, Nokia seri 1112. Sangat 'aneh' untuk ukuran seorang miliarder. Seri ini tak mempunyai fasilitas istimewa selain untuk telepon dan sms.

Wartawan tak sempat menanyakan kenapa dia memakai ponsel yang di pasaran harganya kurang lebih Rp 200-300 ribu itu. Namun untuk beberapa hal, dia memang cuek. Termasuk soal ponsel.

Beberapa hari terakhir, pengusaha kaligrafi dari kuningan itu ramai dibicarakan, karena menikahi gadis berusia 12 tahun. Rencananya, gadis itu dipersiapkan sebagai General Manager (GM) PT Sinar Lendoh Terang (PT Silenter).

"Saya tidak tahu pernikahan saya jadi pro kontra, karena saya tak pernah melihat TV dan baca koran. Tahu-tahu saya ditelepon orang yang mengaku dari Komnas HAM dan perempuan atau apa gitu," kata Syekh Puji sambil tersenyum enteng. ( gah / fyk )

 
 Pujiono Cahyo Widianto alias Syekh Puji menuai kontroversi dengan menikahi bocah bau kencur berumur 12 tahun. Karena perbuatannya ini, Syekh Puji bisa dikenai sanksi.

"Tentu," kata Menteri Agama Maftuh Basyuni menjawab pertanyaan wartawan apakah Syekh Puji bisa dikenai sanksi karena perbuatannya itu.

Hal itu dikatakan Maftuh usai acara Halal Bihalal dan Rapat Kerja Nasional Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Minggu (26/10/2008).

Mengenai sanksi apa yang akan dikenakan, Maftuh menyerahkan kepada aparat yang berwenang.

"Itu kan aparat yang akan bertindak," ujarnya.

Maftuh menjelaskan, di Indonesia orang Islam terikat dengan dua ukuran. Di satu sisi sebagai muslim dia terikat pada syariat, sementara di sisi lain sebagai warga negara dia terikat pada hukum positif, dalam hal ini UU Perkawinan. 

"Kalau salah satunya tidak dilakukan, itu artinya melanggar," lanjutnya.

Hal senada disampaikan Ketua MUI Chollil Ridwan. Menurutnya Syekh Puji akan dikenai sanksi sesuai aturan dalam undang-undang.

"Memang akan ada sanksi," ujarnya dalam kesempatan yang sama.

Cholil menambahkan, secara syariah apa yang dilakukan Syekh Puji memang tidak dilarang dengan catatan bocah tersebut sudah mengalami menstruasi. Namun dari sudut pandang hukum positif yang mengacu pada UU Perkawinan, pernikahan Syekh Puji tidak sah.

Cholil membandingkan pernikahan Syekh Puji itu dengan pernikahan sirri (bawah tangan).

"Seperti kawin sirri. Memang secara agam sah, tapi bagi warga negara tetap harus melapor ke kantor urusan agama," katanya mencontohkan.  

Daun muda yaa Pak Kyai enak dibuat lalapan satu aja ngga abis...:p

Bunga Bangkai Ditemukan di Bekasi


Jumat, 1 Agustus 2008 | 19:11 WIB

BEKASI, JUMAT - Runi (62) warga kelurahan Tambun, Bekasi, Jawa Barat, menemukan bunga bangkai (Amorphophallus Titanum) di belakang rumahnya saat menyiram koleksi tanamannya.  

Runi menceritakan, Rabu (23/7) pagi hari seperti biasa ia menyirami koleksi tanamannya. Saat itulah ia melihat ada sesuatu yang aneh di taman miliknya. Ada satu tanaman yang menyembul ke permukaan tanah berbentuk seperti tunas pisang. Namun, karena taman ini dulunya kebun pisang ia tidak terlalu pusing memikirkan. Setiap hari tumbuhan aneh itu semakin besar setiap hari pula ia selalu menyiraminya.  

Hingga Rabu (30/7) Runi kedatangan menantunya yang bernama Apin yang tinggal di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Ketika Apin datang ia langsung disuruh ibu mertuanya ke taman belakang rumah. Apin ditunjukkan bunga yang saat itu tingginya sudah mencapai 40 centimeter. Apin langsung mengatakan ke ibunya kalau bunga yang dilihatnya itu bunga bangkai.  

Tersiarnya kabar ditemukannya bunga Bangkai membuat warga disekitar lokasi berdatangan ingin tahu. "Biasanya mereka datang sore hari," kata Runi yang ditemui di rumahnya, Jumat.

Saat ini bunga tersebut sudah mencapai tinggi 57 centimeter. Toni anak Runi kemarin berinisiatif memagari bunga tersebut dengan besi. Namun, ia cabut kembali karena khawatir pagar akan menganggu pertumbuhannya bunga itu. (C8-08)

Masya Allah Sebanyak 25 PNS Bekasi Mengidap HIV


Selasa, 9 September 2008 | 17:53 WIB

BEKASI, SELASA - Dalam kurun waktu 2004-2007, jumlah pengidap HIV di Kota Bekasi mencapai 558 orang dan 25 di antaranya adalah Pegawai Negeri Sipil Kota Bekasi. Penderita AIDS di Kota Bekasi, dalam kurun waktu yang sama berjumlah 441 orang.

"Jumlah pengidap HIV di Kota Bekasi mencapai 558 orang termasuk 25 PNS. Sedangkan penderita AIDS 441 orang," ungkap Direktur Program Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Mitra Sehati, Novan Andri Purwansjah di Bekasi, Selasa (9/9). 

Ia menyebutkan, data tersebut terungkap ketika petugas Dinas Kesehatan Kota Bekasi memaparkan hasil survei jumlah penderita HIV di Kota Bekasi pada 1 Desember 2007, bertepatan dengan Hari AIDS se-dunia.

Bila Pemkot dan Dinas Kesehatan Kota Bekasi tidak serius mengantisipasi penyebaran virus HIV/AIDS, maka bagaikan gunung es yang tinggal menunggu cair, katanya.

Di Kota Bekasi baru dua tempat untuk pemeriksaan Infeksi Menular Seksual (IMS) yakni Puskesmas Jatisampurna dan Bantargebang, sedangkan untuk pemeriksaan dan pengambilan obat Voluntary Clinic Test (VCT) hanya empat klinik.

Keempat VCT itu terdapat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi, RS Ananda, klinik VCT Pondokgede dan Klinik VCT LSM Mitra Sehati. Sementara itu, DDN (35), PNS di jajaran Pemkot Bekasi mengaku mengidap virus HIV pada 2006 akibat penyalahgunaan narkoba menggunakan jarum suntik bergantian dan sesuai hasil pemeriksaan kesehatan di RSUD Bekasi.

Ia mengkonsumsi narkoba jenis shabu menggunakan jarum suntik mulai tahun 1996 hingga 2002, dan hasil pemeriksaan kesehatan pada 27 Juli 2006 menyebutkan positif mengidap HIV.

Penderita HIV, diharuskan mengkonsumsi obat Neviral dan Duviral yang harganya cukup mahal masing-masing satu tablet setiap 12 jam sekali. "Kalau lupa minum obat itu pengaruhnya pasti ada," ujarnya.

"Saya mengharapkan semua pihak tidak mengucilkan penderita HIV agar tidak menambah beban penderitaan," katanya. 

Di tempat terpisah, anggota DPRD Kota Bekasi dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS), Sutriyono menyatakan prihatin ada puluhan PNS pemda setempat terkena virus HIV.

"Itu suatu indikasi bahwa pembinaan pegawai di jajaran Pemkot Bekasi terutama siraman rohani dan bahaya penyalahgunaan narkoba belum maksimal," ujarnya seraya menambahkan, sudah saatnya seluruh PNS Pemkot Bekasi melakukan tes urine dan darah.

Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Kota Bekasi, dr Retni Yomti mengakui terdapat 25 PNS mengidap virus HIV, tetapi tidak disebutkan PNS Kota Bekasi. 

"Puluhan orang yang terserang HIV itu memang PNS, tapi saya tidak menyebutkan PNS itu bekerja di Pemkot Bekasi. Mungkin mereka bekerja di Jakarta atau Bandung, tapi memang 25 PNS itu tinggal di Kota Bekasi," ujar dr Retni.

AC 
Sumber : Antara